WELCOME MY VISITORS :)

if you have positive thinking you will produce positive result 'cause things do not change only you change things, so be wiser and focus on solution.. =)

Kamis, 22 April 2010

SIFAT-SIFAT UMUM KAYU

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifatyang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat agak berbeda, jika dibandingkan bagian ujung dan pangkalnya. Dalam hubungan itu maka ada baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut diketahui lebih dahulu, sebelum kayu dipergunakan sebagai bahan bangunan,industri kayu maupun untuk pembuatan perabot. Sifat dimaksud antara lainyang bersangkutan dengan sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat fisik, sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat kimianya. Di samping sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua kayu yaitu:
  1. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.
  2. Kayu tesusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa (unsure karbohidrat) serta berupa lignin (non-karbohidrat).
  3. Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperllihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang pohon.
  4. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekitarnya.
  5. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kayu keadaannya kering.
Bila sebatang pohon dipotong melintang dan permukaan potongan melintang itu dihaluskan, maka akan tampak suatu gambaran unsur-unsur kayu yang tersusun dalam pola melingkar dengan suatu pusat di tengah batang serta deretan sel kayu dengan arah mirip jari-jari roda ke permukaan batang. Sebuah sumbu dapat dibayangkan melewati pusat itu dan merupakan salah satu sumbu arah utama yang disebut sumbu longitudinal; sumbu ini disebut sumbu arah radial. Selanjutnya yang tegak lurus dengan jari-jari kayu, tetapi tidak memotong sumbu longitudinal, dinamakan sumbu arah tangensial. Ketiga sumbu arah utama ini sangat penting zrtinyabagi keperluan mengenal sifat-sifsat kayu hyang khas. Yaitu antara lain sifat anisotropik yang telah disebut, perbedaan dalam kekuatan kayu, kembang susut kayu dan aliran zat cair di dalam kayu.

Di samping itu mengenal kekuatan kayu yang menahan beban, ternyata lebih besar pada arah sumbu longitudinal daripada arah-arah yang lain. Demikian pula zat cair lebih cepat dan lebih mudah pada arah longitudinal daripada arah sumbu radial dan tangensial. Sebaliknya kembang susut kayu terbesar terdapat pada arah tangensial.


SIFAT-SIFAT FISIK KAYU

Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah : Berat Jenis, Keawetan Alami, Warna, Higroskopik, Berat, Kekerasan dan lain-lain.

Berat jenis
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar 0,20 sampai 1,28. Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya. Berat jenis kayu diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar.

Keawetan Kayu Alami
Ternyata berbeda-beda pula. Yang dimaksut dengan keawetaan alami ialah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsure-unsur perusak kayu dari luar seperti : jamur, rayap, bubuk, cacing laut dan mahluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat di dalam kayu yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal di dalamnya serta merusak kayu. Misalnya kayu jati memiliki tectoquinon, kayu ulin memiliki silica dan lain-lain.

Warna Kayu
Ada beraneka macam, antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain sebaginya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor tempat di dalam batang, umur pohon dan kelembaban udara.

Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Selanjutnya masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering, akibatnya kayu itu akan mengembang atau menyusut.

Tekstur
Tekstur ialah ukuran relative sel-sel kayu. Yang dimaksut dengan sel kayu ialah serat-serat kayu. Jadi dapat dikatakan tekstur ialah ukuran relative serat-serat kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu dapat digolongkan ke dalam :
  • Kayu bertekstur halus, contoh : giam, lara, kulim dll
  • Kayu bertekstur sedang, contoh : jati, sonokeling dll
  • Kayu bertekstur kasar, contoh : meranti, kempas dll

Serat

Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang menunjukkan arah sel-sel kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon asal potongan tadi. Arah serat dapat ditentukan oleh alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang, dikatakan kayu itu berserat mencong. Serat mencong dapat dibagi lagi menjadi:
  • Serat berpadu; bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-seling, menyimpang ke kiri kemudian ke kanan terhadap sumbu batang, contoh kayu: kulim, renghas, kapur.
  • Serat berombak; serat-serat kayu yang membentuk gamabaran berombak, contoh kayu: renghas, merbau dan lain-lain
  • Serat terpilin; serat-serat kayu yang membuat gambaran terpilin (puntiran), seolah-olah batang kayu dipilin mengelilingi sumbu, contoh kayu: bintangur, kapur, dammar dan lain-lain
  • Serat diagonal; yaitu serat yang terdapat pada potongan kayu atau papan, yang digergaji sedemikian rupa sehingga tepinya tidak sejajar arah sumbu, tetapi membentuk sudut dengan sumbu.

Berat kayu

Berat sesuatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif di dalamnya. Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang bersangkutan, dan dipakai sebagai patokan berat kayu. Berdasarkan berat jenisnya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam kelas-kelas sebagai berikut:
  • Sangat berat = lebih besar dari 0,90
  • Berat = 0,75 - 0,90
  • Agak berat = 0,60 - 0,75
  • Ringan = lebih kecil dari 0,60
Sebagai contoh jenis kayu yang termasuk dalam kelas sangat berat adalah giam, balau, dan lain-lain. Masuk kelas berat misalnya kulim,sedangkan agak berat misalnya bintangur dan yang termasuk ringan misalnya pinus dan balsa.

Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang keras juga temasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah juga kayu yang lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan sebagai berikut:
  • Kayu sangat keras, contoh: balau,giam, dan lain-lain.
  • Kayu keras, contoh: kulim, pilang dan lain-lain.
  • Kayu sedang kekerasannya, contoh: mahoni, meranti, dan lain-lain.
  • Kayu lunak, contoh: pinus, balsa, dan lain-lain
Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu tersebut arah melintang dan mencatat atau menilai kesan perlawanan oleh kayu itu pada saat pemotongan dan kilapnya bidang potongan yang dihasilkan. Kayu yang sangat keras akan sulit dipotong melintang dengan pisau. Pisau tersebut akan meleset dan hasil potongannyaakan member tanda kilauan pada kayu. Kayu yang lunak akan mudah rusak, dan hasil potongan melintangnya akan memberikan hasil yang kasar dan suram.

Kesan raba
Kesan raba sesuatu jenis kayuadalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba permukaan kayu tersebut. Ada kayu bila diraba member kesan kasar, halus, licin, dingin dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda itu untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung dari: tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif di dalam kayu. Kesan raba ialah licin, apabila tekstur kayunya halus dan permukaannya mengandung lilin. Sebaliknya apabila keadaan tekstur kayunya kasar. Kesan raba dingin ada pada kayu bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa panas bila teksturnya kasar dan berat jenisnya rendah. Jati member kesan agak berlemak atau berlilin kalau diraba; sedangkan kayu renghas memberi kesan gatal pada kulit (alergi).

Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu itu lama tersimpan di udara luar. Untuk mengetahui bau dan rasa kayu perlu dilakukan pemotongan atau sayatan baru pada kayu atau dengan membasahi kayu tersebut. Sebab ada jenis-jenis kayu mempunyai bau yang cepat hilang, atau memiliki bau yang merangsang. Sifat bau dari kayu dapat digambarkan sesuai dengan bau yang umum dikenal. Untuk menyatakan bau kayu yang dihadapi, sering kali kita gunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal, misalnya: bau bawang putih (kulim), bau keasam-asaman (ulin), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dan lain sebagainya. Kesan raba dan bau tidak jauh berbeda. Adanya persamaan di antara kesan bau an rasa disebabkan oleh adanya hubungan erat yang terdapat pada indera pembau dan indera perasa kita.

Nilai dekoratif :
Umumnya menyangkut jenis-jenis kayu yang akan dibuat untuk tujuan tertentu yang hanya mementingkan nilai keindahan tertentu pada kayu tersebut. Nilai dekoratif sesuatu jenis kayu tergantung dari penyebaran warna, arah serat kayu, tekstur dan pemunculan ria-riap tumbuh yang bersama-sama muncul dalam pola atau bentuk tertentu. Pola gambar inilah yang membuat sesuatu jenis kayu yang memilikinya mempunyai suatu nilai dekoratif. Kayu-kayu yang memiliki nilai dekoratif antara lain: sonokeling, sonokembang, renghas, eboni, dan lain sebagainya.

Sifat-sifat lain :
Sifat lain antaranya sifat pembakaran. Semua jenis kayu dapat terbakar,tergolong dalam tingkatan menjadi arang dan sampai menjadi abu. Sifat mudah terbakar ini pada satu pihak memberi keuntungan, misalnya kalau kayu itu akan dipergunakan sebagai bahan pembakar. Di lain pihak ada sifat yang merugikan, misalnya kalau kayu itu dipakai sebagai bahan perabot atau bangunan. Walaupun demikian kayu tidak dapat ditinggalkan, karena kayu memiliki sifat-sifat menguntungkan yang lebih besar bila dibandingkan dengan sifat-sifat logam. Proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, kimia dan anatomi kayu. Umunya jenis-jenis kayu dengan pembuluh-pembuluh besar lebih mudah terbakar daripada jenis-jenis kayu yang berat. Selanjutnya kandungan dammar yang banyak mempercepat pula pembakaran. Dengan adanya sifat-sifat ini, maka jenis kayu yang dapat digolongkan ke dalam kelas daya tahan bakar misalnya kayu: merbau, ulin, jati dan lain sebagainya. Daya tahan bakar yang kecil, misalnya kayu: balsa, sengon, pinus dan lain sebagainya. Daya tahan bakar kayu dapat ditingkatkan dengan membuat kayu itu menjadi anti api (fire proof) antara lain:
  • Menutup kayu itu dengan bahan lapisan yang tidak mudah terbakar, yang berfungsi melindungi lapisan kayu di bawahnya terhadap api. (Asbes, pelat logam dan lain sebagainya).
  • Menutup kayu itu dengan bahan-bahan kimia yang bersifat mencegah terbakarnya kayu, misalnya: jenis cat tahan api, persenyawaan garam antara lain amoniun dan boor zuur
  • Dengan mengimpregnir kayu itu dengan macam-macam bahan kimia yang bersifat mengurangi terbakarnya kayu. Ada juga bahan-bahan lain yang menghasilkan gas yang dapat mencegah api tersebut.

Sifat kayu tehadap suara :
  1. Sifat akustik : sifat akustik kayu sangat penting dalam hubungan dengan alat-alat music dan konstruksi bangunan. Dasar akustik menunjukkan, bahwa kemampuan untuk meneruskan atau tidak meneruskan suara erat hubungannya dengan elastisitas kayu. Jadi sepotong kayu dapat bergetar bebas, jika dipukul akan mengeluarkan suara tingginya tergantung pada frekuensi alami getaran kayu tersebut. Frekuensi ini ditentukan oleh kerapatan/elastisitas dan ukuran kayu tersebut. Kayu yang telah kehilangan elastisitas misalnya akibat serangan jamur, jika dipukul akan memberikan suara yang keruh, sedang kayu yang sehat suaranya akan nyaring.
  2. Sifat resonansi : yaitu turut bergetarnya dengan gelombang sxuara, karena kayu memiliki sifat elastisitas. Kualitas nada yang dikeluarkan oleh kayu sangat baik. Oleh sebab itu banyak kayu dipakai untuk alat-alat music: kulintang, piano, biola, guitar, dan lain-lain. Kemampuan benda untuk mengabsorpsi suara tergantung pada masa dan pada sifat-sifat akustik permukaan benda, yaitu mampu tidaknya permukaan benda mengabsorpsi suara atau memantulkan suara. Struktur kayu mempunyai sifat demikian, sehingga kalau kayu tidak dapat bergetar dengan mudah, permukaannya mempunyai sifat meredam gelombang suara. Karena itu kayu serupa ini baik kalau dipakai sebagai lantai atau parket.

SIFAT MEKANIK KAYU

Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda. Kekuatan kayu memegang peranan penting dalam penggunaan kayu untuk bangunan, perkakas dan lain penggunaan. Hakekatnya hamper pada semua penggunaan kayu, dibutuhkan syarat kekuatan. Dalam hubungan ini dibedakan beberapa macam kekuatan sebagai berikut:

Keteguhan tarik
Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu. Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat dan keteguhan tarik ini mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan.

Keteguhan tekan/kompresi

Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Dalam hal ini dibedakan 2 macam kompresi yaitu kompresi tegak lurus arah serat dan kompresi sejajar arah serat. Keteguhan kompresi tegaklurus serat menentukan ketahanan kayu terhadap beban. Seperti halnya berat rel kereta api oleh bantalan di bawahnya. Keteguhan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu dan keteguhan geser. Keteguhan kompresi tegaklurus arah serat pada semua kayu lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.

Keteguhan geser

Yang dimaksud dengan keteguhan geser ialah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuanya menahan gaya-gaya, yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau bergelingsir dari bagian lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan 3 macam keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegaklurus arah serat dan keteguhan geser miring. Pada keteguhan geser tegaklurus arah serat jauh lebih besar daripada keteguhan geser sejajar arah serat.

Keteguhan lengkung (lentur)
Ialah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban-beban mati maupun hidup selain beban pukulan yang harus dipikul oleh kayu tersebut, misalnya blandar. Dalam hal ini dibedakan keteguhan lengkung static dan keteguhan lengkung pukul. Yang pertama enunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan, sedangkan keteguhan pukul adalah kekuatan kayu yang menahan gaya yang mengenainya secara mendadak seperti pukulan.

Kekakuan
Kekakuan kayu baik yang dipergunakan sebagai blandar ataupun tiang ialah suatu ukuran kekuatannya untuk mampu menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dengan istilah modulus elastisitas yang berasal dari pengujian-pengujian keteguhan lengkung statik.

Keuletan
Keuletan ialah suatu istilah yan biasa dipergunakan bagi lebih dari satu sifat kayu. Misalnya kayu yang sukar dibelah, dikatakan ulet. Ada pula pengertian bahwa kayu yang ulet itu adalah kayu yang tidak akan patah sebelum bentuknya berubah karena beban-beban yang sama atau mendekati keteguhan maksimumnya, atau kayu yang telah patah dan dilekuk bolak-balik tanpa kayu tersebut putus terlepas. Dalam uraian ini keuletan kayu diartikan sebagai kemmpuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relative besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian. Keuletan kebalikan dari kerapuhan kayu dalam arti bahwa kayu yang ulet akan patah secara berangsur-angsur dan memberi suara peringatan tentang kerusakannya. Sifat keuletan itu terutama merupakan faktor yang penting untuk menentukan kepastian suatu jenis kayu tertentu untuk digunakan sebagai tangkai alat pemukul, alat-alat olahraga dan lain penggunaan sebagai bagian alat untuk mengerjakan sesuatu.

Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan kayu ialah suatu ukuran kekuatan kayu menahan gaya yang membuat takik atau lekukan padanya. Juga dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan (abrasi). Dalam arti yang terakhir kekerasan kayu bersamaan keuletannya merupakan suatu ukuran tentang ketahanannya terhadap pengausan kayu. Hal ini merupakan suatu pertimbangan dalam menentukan suatu jenis kayu untuk digunakan sebagai lantai rumah, balok pengerasan, pelincir sumbu,dan lain-lain. Kekerasan dalam arah sejajar serat pada umumnya melampaui kekerasan kayu dalam arah lain.

h. Keteguhan belah
Sifat ini digunakan untuk menyatakan kekuatan kayu menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Tegangan belah adalah suatu tegangan yang terjadi karena adanya gaya yang berperan sebagai baji. Suatu sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap ataupun pembuatan kayu bakar.sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan jenis ukir-ukiran (patung). Contoh: kayu ulin baik untuk pembuatan sirap, kayu sawo baik untuk pembuatan patung ataupun popor senjata dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa kebanyakan kayu lebih mudah terbelah sepanjang jari-jari (arah radial) daripada dalam arah sejajar lingkaran tahun (tangensial). Ukuran-ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat kekuatan kayu atau sifat-sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor- faktor yang mempengaruhi sifat-sifat mekanik secara garis besar dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu:

Faktor-faktor luar (eksternal) antara lain: pengawetan kayu, kelambaban lingkungan, pembebanan dan cacat-cacat yang disebabkan jamur serta serangga perusak kayu. Faktor kedua yaitu faktor dalam kayu (internal) yang bersangkutan antara lain: dan lain sebagainya. Sifat kekuatan tiap-tiap jenis kayu berbeda-beda. Berdasarkan kekuatannya, jenis-jenis kayu digolongkan ke dalam 5 kelas kuat yaitu: kelas kuat I sampai dengan kelas kuat V. kayu dari kelas kuat I memiliki kekuatan lebih dari kayu kelas II, dan seterusnya. Untuk penggunaan konstruksi berat dianjurkan dipakai jenis-jenis kayu dengan kelas kekuatan I. Untuk perumahan dapat dipakai jenis-jenis dari kelas II. Kesimpulannya ialah bahwa tiap-tiap penggunaan harus disesuaikan dengan kelas kekuatannya


SIFAT KIMIA KAYU


Komponen kimia kayu di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu. Juga dengan mengetahuinya, kita dapat membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan makhluk perusak kayu. Selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu, sehingga didapat hasil yang maksimal. Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari 3 unsur:
  • Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
  • Unsur non- karbohidrat terdiri dari lignin
  • Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kadar selulosa dan hemiselulosa banyak tedapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapat dalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat di luar dinding sel kayu. Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah:
  • Karbon 50%
  • Hidrogen 6%
  • Nitrogen 0,04 – 0,10%
  • Abu 0,20 – 0,50%
  • Sisanya adalah oksigen.

Bidang orientasi kayu
  1. Bidang tangensial : bidang yang diperoleh dengan memotong kayu tegaklurus salah satu jari-jari kayu, searah serat, tidak melalui sumbu kayu.
  2. Bidang radial : bidang yang diperoleh dengan memotong kayu searah serat melalui sumbu kayu.
  3. Bidang aksial/ kepala kayu : bidang yang diperoleh dengan memotong kayu tegaklurus dengan sumbu kayu.
Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh,iklim dan letaknya di dalam batang atau cabang.

Selulosa:
Adalah bahan kristalin untuk membangun dinding-dinding sel. Bahan dasar selulosa ialah glukosa, gula bermartabat enam, dengan rumus C6H12O6. Molekul-molekul glukosa disambung menjadi molekul-molekul besar, panjang dan berbentuk rantai dalam susunan menjadi selulosa. Selulosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri- industry yang memakai selulosa sebagai bahan baku misalnya: pabrik kertas, pabrik sutera tiruan dan lain sebagainya.

Lignin:
Merupakan bagian yang bukan karbohidrat, sebagai persenyawaan kimia yang jauh dari sederhana, tidak berstruktur, bentuknya amorf. Dinding sel tersusun oleh suatu rangka molekul selulosa, antara lain terdapat pula lignin. Kedua bagian ini merupakan suatu kesatuan yang erat, yang menyebabkan dinding sel menjadi kuat menyerupai beton bertulang besi. Selulosa laksana batang-batang besi dan lignin sebagai semen betonnya. Lignin terletak terutama dalam lamella tengah dan dinding primer. Kadar lignin dalam kayu gubal lebih tinggi daripada kayu teras. (Kadar selulosa sebaliknya).

Hemiselulosa:
Sealin kedua bahan tersebut di atas, kayu masih mengandung sejumlah zat lain sampai 15- 25%. Antara lain hemiselulosa, semacam selulosa berupa persenyawaan dengan molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat. Hemiselulosa dapat tersusun oleh gula yang bermartabat lima dengan rumus C5H10O5 disebut pentosan atau gula bermanfaat enam C6H12O6 disebut hexosan. Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan dinding-dinding sel juga sebagai bahan zat cadangan.

Zat ekstraktif:
Umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti: eter, alcohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3 – 8% dari berat kayu kering tanur. Termasuk didalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat wsarna. Zat ekstraktif tidak merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena:
  • Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa sesuatu jenis kayu
  • Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu
  • Dapat digunakan sebagai bahan industry
  • Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan pada alat-alat pertukangan.
Abu:
Di samping persenyawaa-persenyawaan organik, di dalam kayu masih ada beberapa zat organik, yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 – 1% dari berat kayu.

BAGIAN KAYU DAN JENIS KAYU MENURUT SUSUNANNYA

BAGIAN-BAGIAN KAYU

Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa kayu terdiri dari beberapa bagian.

1. KULIT
Adalah bagian yang terdapat pada bagian terluar, dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kulit luar yang mati, mempunyai ketebalan yang bervariasi menurut jenis pohon dan kulit bagian dalam yang bersifat hidup dan tipis.
Kulit berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian yang terdalam, terhadap kemungkinan pengaruh dari luar yang bersifat merusak, misalnya iklim, serangan serangga, hama, kebakaran serta perusak kayu lainnya. Selain itu berfungsi sebagai jalan bahan makanan dari daun ke bagian-bagian tanaman.

2. KAMBIUM
Merupakan jaringan yang lapisannya tipis dan bening, melingkari kayu, ke arah luar membentuk kayu yang baru. Dengan adanya kambium maka pohon lambat laun bertambah besar. Pertumbuhan meninggi ditentukan oleh jaringan meristem. Kambium terletak antara kulit dalam dan kayu gubal.

3. KAYU GUBAL
Bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang masih hidup, terletak di sebelah dalam kambium dan berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan. Tebal lapisan kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon. Umumnya jenis yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal dibandingkan dengan kayu terasnya. Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang.

4. KAYU TERAS
Terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan sel hidup pada lingkaran kayu gubal bagian dalam, disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lain-lain proses kehidupan. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung berbagai macam zat yang memberi warna lebih gelap. Tidak mutlak semua kayu teras demikian. Hanya pada jenis-jenis yang kayu terasnya berisi tiloses. Pada beberapa jenis tertentu kayu teras banyak mengandung bahan-bahan ekstraktif, yang member keawetan pada kayu tersebut, membuat lebih berat dan lebih awet. Akan tetapi tidak semua jenis kayu yang memilikizat ekstraktif sudah dapat dipastikan keawetannya. (Misalnya yang mempunyai kandungan zat gula, zat gtepung dan lain sebagainya).

5. HATI
Merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun (tidak mutlak pada pusat bontos). Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh kambium. Oleh karena itu umumnya mempunyai sifat rapuh atau sifat lunak.

6. LINGKARAN TAHUN
Batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada akhir suatu musim. Melalui lingkaran-lingkaran tahun ini dapat diketahui umur pohon. Apabila pertumbuhan diameter (membesar) terganggu oleh musim kering karena pengguguran daun, ataupun serangga/hama, maka lingkaran tahun dapat terdiri lebih dari satu lingkaran tahun (lingkaran tumbuh) dalam satu musim yang sama. Hal ini disebut lingkaran palsu. Lingkaran tahun dapat mudah dilihat pada beberapa jenis kayu daun lebar. Pada jenis- jenis lain, lingkaran tahun ada kalanya sulit dibedakan terutama di daerah tropic, karena pertumbuhan praktis berlangsung sepanjang tahun.

7. JARI-JARI
Dari luar ke dalam berpusat pada sumbu batang, berfungsi sebagai tempat saluran bahan makanan yang mudah diproses di daun guna pertumbuhan pohon.



JENIS KAYU MENURUT SUSUNANNYA

Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu teras, dengan nama lain pohon kayu teras. Perbedaan kayu teras dan kayu gubal tampak jelas. Kayu teras mempunyai warna gelap, terdapat di sebelah dalam batang dan bagian luarnya adalah kayu gubal berwarna terang.


Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu masak, tidak memiliki kayu teras. Pada pohon masak dari luar, perbedaan antara kayu teras dan kayu gubal tidak begitu jelas. Dari luar arah kedalam kelihatan warnanya makin gelap, maka dikatakan masak dari luar.

Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal seluruhnya, tidak memiliki kayu masak dan kayu teras. Dengankata lain, pohon kayu gubal yaitu pohon yang mempunyai kayu tidak begitu keras. Seluruh penampang batang adalah tempat penyalur makanan dan mempunyai warna terang.

Sedangkan untuk yang satu ini adalah pohon yang mempunyai kayu gubal, kayu masak dan kayu teras. Pohon masak dari dalam ini mempunyai kayu teras yang kecil lambat laun membesar. Kelihatan tiga perbedaan dari dalam kea rah luar teras, kayu masak dan kayu gubal.

Keterangan :
G = kayu gubal
M = kayu masak
T = kayu teras






FAKTOR-FAKTOR PERUSAK KAYU

Kerusakan pada kayu terjadi karena tindakan-tindakan atau karena keadaan yang mengakibatkan kekuatan kayu menurun, harga kayu menurun, dan mutu dan nilai pakai kayu berkurang atau kayu sama sekali tak terpakai.

Kerusakan yang dimaksud antara lain: retak-retak, pecah,belah,serangan jamur, serangan serangga dan kerusakan-kerusakan akibat perilaku manusia yang kurang cermat dalam mengelola kayu. Misalnya: pemeliharaan hutan yang kurang baik, penebangan pohon yang salah,pembagian batang yang keliru, cara menggergaji yang keliru serta cara pengeringan kayu yang tidak sesuai, sehingga kerusakan-kerusakan tersebut di atas akan mengurangi mutu dan nilai pakai kayu untuk penggunaan tertentu secara maksimal.

FAKTOR-FAKTOR PERUSAK KAYU
Menurut asalnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
  • Secara alam dari pohon itu sendiri selama proses tumbuh
  • Yang berasal dari luar
Faktor perusak yang datang dari luar terbagi 2 macam, yaitu:
  • Oleh makhluk hidup (biologis)
  • Oleh bukan makhluk hidup (non biologis)
Ada 3 macam, yang diakibatkan oleh makhluk hidup yaitu :
1. Oleh serangga
2. Oleh jamur/cendawan (fungi)
3. Oleh cacing laut (marine borers)

Yang diakibatkan oleh bukan makhluk hidup dibagi 3, yaitu :
1. Oleh faktor fisik, misalnya : udara, cahaya, air, panas, api dan lain sebagainya
2. Oleh faktor mekanik, misalnya : pukulan, gesekan, tekanan dan lain sebagainya
3. Oleh faktor kimia, misalnya : asam dan basa

Selain faktor-faktor perusak kayu di atas, dapat pula ditambahkan, untuk saat ini dapat dikatakan bahwa manusialah yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan kayu dan otomatis kerusakan hutan sebagai tempat kayu hidup pada umumnya.


CACAT MATA KAYU
Mata kayu adalah lembaga atau bagian cabang yang berada di dalam kayu. Mata kayu dapat dibedakan atas:
  1. Mata kayu sehat : mata kayu yang tidak busuk, berpenampang keras, tumbuh kukuh dan rapat pada kayu, berwarna sama atau lebih gelap dibandingkan dengan kayu sedkitarnya.
  2. Mata kayu lepas : mata kayu yang tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya pada proses pengerjaan, mata kayu ini akan lepas tidak ada gejala busuk.
  3. Mata kayu busuk : mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan dan bagian-bagian kayunya lunak atau lapuk, berlainan dengan bagian- bagian kayu sekitarnya.
Pengaruh mata kayu :
  1. Mengurangi sifat keteguhan kayu. Hal ini terjadi karena serat mata kayu relatif tegak lurus serat batang pohon. Sedangkan keteguhan tegak lurus serat lebih rendah dibandingkan dengan keteguhan sejajar serat. Disamping itu pula serat – serat di sekeliling mata kayu tidak teratur.
  2. Menyulitkan pengerjaan karena kerasnya penampang mata kayu (mata kayu sehat/mata hidup).
  3. Mengurangi keindahan permukaan kayu.
  4. Menyebabkan lubangnya lembaran – lembaran finir.

PECAH DAN RETAK
Pada badan serat kayu bulat atau pada bontos kayu bulat sering terlihat adanya serat-serat yang terpisah memanjang. Berdasarkan ketentuan pengujian kayu, lebar terpisahnya serat yang tidak melebihi 2 mm, dinamakan retak. Apabila tidak lebih dari 6 mm, dikatakan pecah dan kalau lebarnya lebih dari 6 mm, disebut belah. Cacat-cacat ini disebabkan:
  • Ketidakseimbangan arah penyusutan pada waktu kayu menjadi kering.
  • Tekanan di dalam tubuh kayu yang kemudian terlepas pada waktu kayu ditebang.
  • Kurang hati – hati pada waktu melakukan penebangan sehingga kayu robek, atau menimpa benda – benda keras.
Cacat – cacat ini akan mengurangi keteguhan tarik, demikian pula keteguhan kompresi akan berkurang, karena distribusi tegangan – tegangan yang disebabkan oleh adanya suatu beban tidak merata. Demikian pula keteguhan kompresi akan berkurang, karena distribusi tegangan-tegangan yang disebabkan oleh adanya suatu beban tidak merata. Demikian pula keteguhan geser sangat terpengaruh oleh cacat kayu ini, karena pengurangan langsung dari luasnya daerah yang menahan geseran.


PECAH BUSUR DAN PECAH GELANG
Pecah busur ialah pecah yang mengikuti arah lingkungan tumbuh, bentuknya kurang dari setengah lingkaran. Sedangkan pecah gelang ialah kelanjutan pecah busur yang kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran penuh atau lebih dari setengah lingkaran. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan dalam penyusutan pada waktu kayu mengering, juga karena tegangan di dalam kayu yang tiba-tiba terlepas pada waktu penebangan. Pengaruh cacat ini serupa halnya dengan pengaruh cacat belah dan pecah.


CACAT HATI RAPUH
Sebelum membahas hati rapuh, perlu diketahui terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan “hati” itu. Hati ialah pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Hati berbeda dengan pusat bontos. Letak hati mungkin saja tidak sama letaknya dengan pusat bontos. Tapi ada kalanya berimpit. Pengertian rapuh ialah tahap pertama proses pembusukan. Bagian kayu rapuh menunjukkan tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatannya. Justru yang dimaksud dengan hati rapuh disini, tidak menunjukkan tanda-tanda pembusukkan yang nyata. Hati rapuh ini merupakan tanda khas yang umum dimiliki kayu daun lebar di daerah tropis seperti misalnya kayu meranti dan lain sebagainya. Cacat ini mengurangi kekuatan terhadap kayu. Proses pembuatan finir secara rotary (pengupasan) akan mengalami kesulitan karena tidak adanya kekuatan dari sumbu (tombol) mesin untuk mencekam dolok tersebut.


CACAT AKIBAT ARAH SERAT

Ada beberapa jenis kayu (lara, kesambi, dan lain lain) yang memiliki serat yang berpadu. Secara umum dianggap sebagai kerugian karena kayu itu sukar dikerjakan. Dari lain pihak kayu semacam ini mempunyai keteguhan belah yang tinggi, untuk keperluan tertentu sangat baik. Serat berombak mempunyai keberatan yang sama dengan serat berpadu. Tapi bisa menimbulkan lukisan yang indah. Untuk keperluan tertentu sangat tinggi nilainya. Lain jenis kayu memiliki serat yang melintang artinya jalannya serat tidak sejajar dengan sumbu batang. Kayu yang digergaji dari batang semacam ini sudah tentu akan mewarisi serat yang melintang pula. Serat ini akan membuat keteguhan kayu berkurang. Kelainan jalannya semua serat ini dapat memberikan pola gambaran pada bidang-bidang kayu gergajian, sehingga merupakan sifat yang digemari untuk perkakas rumah/perabot. Hanya sulit dalam pengerjaan terutama pada waktu diketam. Untuk keperluan kayu bangunan dan konstruksi, unsur kekuatan diutamakan, jalan serat lurus lebih disukai. Pada pekerjaan menggergaji potongan-potongan kayu yang kecil, kita masih dapat memperhatikan jalannya serat, tetapi pada kayu yang panjang umumnya sulit didapat serat yang lurus. Penyimpangan arah serat atau kemiringan serat umumnya dinyatakan dalam suatu perbandingan misalnya: 1:6; 1:9; 1:10. Arti 1:6; kemiringan serat adalah 1 cm dalam jarak 6 cm sepanjang suatu garis sejajar sumbu batang. Untuk lainnya serupa pula. Semakin besar sudut penyimpangan, pengaruhnya semakin buruk.


CACAT AKIBAT SERANGAN ORGANISME PERUSAK KAYU

1. Jamur Penyerang Kayu
Jamur penyerang kayu dapat dibedakan menjadi:
  • Jamur pembusuk kayu
  • Jamur pelapuk kayu
  • Jamur penyebab noda kayu
Bagi perkembangan jamur pembusuk kayu sangat diperlukan bahan makanan yang cukup di dalam kayu, kelembapan yang cukup, sedikit udara dan suhu yang layak. Pengaruh jamur pembusuk kayu yang menghancurkan dinding-dinding pada perkembangan lanjut dari pembusukan mengakibatkan kehancuran total struktur kayu. Dengan demikian kekuatan kayu akhirnya akan mengalami penurunan yang nyata. Tetapi pada tahap permulaan serangan jamur itu, timbul kerapuhan kayu yang nyata dengan akibat bahwa bahan yang terserang, cenderung untuk patah secara mendadak jika diberi beban dengan perubahan bentuk sedikit saja serta patahan yang halus tidak berserpih. Pada lain pihak jamur penyebab noda kayu hanya mempunyai pengaruh sedikit terhadap kekuatan kayu dan biasanya tidak menurunkan kekuatan yang besar. Hanya ditinjaundalam segi keindahan akan menurun, karena timbulnya warna-warna yang kotor (noda-noda).

2. Serangga Perusak Kayu
Serangga-serangga perusak kayu antara lain rayap, kumbang kayu, dan bubuk kayu. Sudah barang tentu kekuatan kayu akan berkurang, karena serangga-serangga tersebut merusak kayu dengan membuat lubang-lubang terowongan di dalam kayu. Sebagai makanan dan tempat tinggal serangga perusak kayu tersebut. Pembahasan lebih lanjut dalam bab pengawetan kayu.

3. Lubang Gerek dan Lubang Cacing Laut
Lubang gerek ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek, atau cacing-cacing laut. Lubang cacing laut ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh cacing-cacing laut. Umumnya penggerekan tersebut menyerang kayu yang baru ditebang. Kadangkala pada pohon yang masih tegak berdiri. Serangga ini tidak dapat hidup pada kayu gergajian yang telah dikeringkan, karena larvanya memerlukan jamur. Padahal agar jamur dapat hidup diperlukan kadar air yang cukup tinggi. Serangan-serangan akan lebih berat pada bagian kayu yang menghadap tanah yang terlindung dari sinar matahari langsung. Sedangkan cacing laut menyerang kayu yang berada di air laut. Lubang gerek mengurangi keindahan. Bila banyak menggerombol akan mempengaruhi kekuatan kayu, bahkan kayu sama sekali mungkin tidak dapat dimanfaatkan lagi. Demikian pula cacat pada lubang cacing laut.

PENGERINGAN KAYU

Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam kayu. Telah diutarakan di muka, bahwa kadar air kayu memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pemakaian kayu. Untuk berbagai macam kegunaan dengan kondisi udara tertentu kayu memerlukan batas kandungan kadar air. Oleh karena itu masalah pengeringan merupakan factor yang penting pada kayu. Dengan adanya pengeringan akan diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
  • Menjamin kestabilan dimensi kayu. Sebab di bawah titik jenuh serat, perubahan kadar air dapat mengakibatkan kembang susut pada kayu. Sebaliknya bila kayu dikeringkan sampai mendekati kadar air lingkungan, maka sifat kembang susut ini akan dapat teratasi, bahkan dapat diabaikan
  • Menambah kekuatan kayu. Makin rendah kadar air kayu yang dikandung, akan semakin kuat kayu tersebut.
  • Membuat kayu menjadi ringan. Dengan demikian ongkos angkutan berkurang.
  • Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu. Sebab umumnya jasad renik perusak kayu atau jamur tak dapat hidup di bawah persentase kadar air + 20%.
  • Memudahkan pengerjaan selanjutnya, antara lain: pengetaman, perekatan, finishing, pengawetan serta proses-proses kelanjutan lainnya.

PROSES PENGERINGAN KAYU

Pergerakan air di dalam kayu terjadi dari daerah berkelembapan tinggi ke daerah yang berkelembapan lebih rendah. Kayu akan mongering dan bagian luar ke dalam kayu. Dengan kata lain permukaan kayu lebih cepat mengering daripada bagian dalamnya. Proses keluarnya air dalam proses pengeringan disebut proses evaporasi. Evaporasi akan terjadi bila kadar air di dalam kayu lebih besar dari kadar air keseimbangan (EMC). Selama proses pengeringan kayu berlangsung, yang terlebih dahulu keluar adalah air bebas yang terdapat dalam rongga sel. Setelah itu menyusul air yang terikat pada dinding-dinding sel. Keadaan titik air bebas telah habis keluar, tetapi air terikat masih dalam keadaan jenuh, dinamakan keadaan pada titik jenuh serat (FSP=Fiber Saturation Point). Perubahan kadar air yang dialami kayu pada keadaan di atas titik jenuh serat ini tidak mempengaruhi bentuk dan ukuran kayu. Tetapi segala perubahan bentuk dan ukuran kayu. Oleh sebab itu perubahan-perubahan kadar air di bawahtitik ini sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik dan mekanik kayu. Pada setiap usaha pengeringan kayu hal ini harus mendapat perhatian yang khusus.

Macam - Macam Pengeringan
Kita mengenal dua cara pengeringan yang umum dipergunakan yaitu:
  • Pengeringan alam-udara
  • Pengeringan buatan
1. Pengeringan Kayu dengan Alam atau Udara

Keuntungan :
- biaya relative murah, tanpa peralatan yang mahal
- pelaksanaannya lebih mudah, tanpa memerlukan tenaga ahli
- pengeringan dengan tenaga alam / udara (matahari)
- kapasitas dan sortimen kayu tidak terbatas

Kerugian:
- waktu yang dipergunakan cukup lama (tergantung cuaca)
- memerlukan areal / lapangan yang cukup luas
- memerlukan persediaan kayu lebih banyak
- cacat – cacat yang timbul sulit diperbaiki kembali
- kadar air akhir umumnya masih cukup tinggi

Cepat atau lambatnya kayu mengering tergantung dari beberapa faktor yaitu :
  1. Iklim: yaitu besar/kecilnya curah huja, intensitas penyinaran matahari, ada/tidaknya kabut
  2. Suhu: Didalam keadaan udara yang tetap, makin tinggi suhu, makin cepat kayu mengering.
  3. Kelembaban udara : Dalam keadaan suhu yang tetap, makin rendah kelembaban udara, makin cepat proses pengeringan.
  4. Peredaran udara : Berfungsi mengganti udara yang basah dengan udara yang kering sehingga pengeringan dipercepat.
  5. Kadar air awal : Makin basah kayu itu pada awalnya, makin lama pula proses pengeringannya.
  6. Jenis kayu : Beberapa jenis kayu akan lebih cepat mengering, umumnya kayu lunak akan lebih cepat mongering daripada kayu yang lebih keras.
  7. Letak kayu : Umumnya kayu gubal lebih cepat mengering daripada kayu teras.
  8. Ukuran kayu : Tebal tipisnya kayu yang akan dikeringkan.
  9. Cara penyusunannya dengan menggunakan ganjal/sticker
2. Pengeringan Kayu dengan Cara Buatan (Kiln Drying)
Pengeringan ini merupakan lanjutan hasil perkembangan pengeringan udara. Dengan kemajuan dan perkembangan teknologi modern, meningkatkan permintaan akan kayu berkualitas tinggi, maka timbul usaha pengeringan buatan yang lebih efektif dan lebih efisien daripada pengeringan buatan yang lebih efektif dan lebih efisien daripada pengeringan udara.

Keuntungan:
  • Waktu pengeringan sangat singkat
  • Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan, disesuaikan dengan tujuan penggunaan
  • Kelembaban udara (RH), temperature dan sirkulasi udara dapat diatur sesuai dengan jadwal pengeringan
  • Terjadinya cacat kayu dapat dihindari dan beberapa jenis kayu dapat diperbaiki
  • Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan persediaan kayu yang banyak
  • Tidak membutuhkan tempat yang luas
  • Kualitas hasil jauh lebih baik
Kerugian:
  • Memerlukan investasi/modal yang besar
  • Memerlukan tenaga ahli pengalaman
  • Sortimen kayu yang akan dikeringkan tertentu
Jenis Dry Kiln
a. Compartment Kiln
  • Tingkat kekeringan kayu sama
  • Pintu masuk lori sama dengan pintu keluar
  • Arah pergerakan udara melintang kiln
  • Tidak membutuhkan ruang yang besar
b. Progessive Kiln
  • Tingkat kekeringan kayu berbeda
  • Pintu masuk dan keluar tidak sama
  • Arah pergerakan udara berlawanan dengan arah lori
  • Merupakan bentuk terowongan
Pekerjaan pengeringan kayu dengan kiln dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu :
  1. Tahap penyediaan alat – alat
  2. Tahap penumpukan/penyusunan kayu
  3. Tahap pengambilan contoh – contoh kayu pengamatan
  4. Tahap pekerjaan selama pengeringan berlangsung yang mencakup : penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan pengawasan suhu serta kelembaban udara di dalam kiln.

PELAKSANAAN PENGERINGAN KAYU

Seperti disebutkan pada artikel sebelumnya bahwa dalam pekerjaan pengeringan kayu dengan kiln dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
  1. Tahap penyediaan alat – alat
  2. Tahap penumpukan/penyusunan kayu
  3. Tahap pengambilan contoh – contoh kayu pengamatan
  4. Tahap pekerjaan selama pengeringan berlangsung yang mencakup : penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan pengawasan suhu serta kelembaban udara di dalam kiln.
A. Tahap Penyediaan Alat
Selain mesin pengering yang sudah lengkap dengan peralatannya, ada beberapa alat lagi yang masih perlu disediakan, antara lain alat pengukur kadar air kayu (Hydrometer) untuk mengetahui kadar air di dalam kayu setiap waktu diperlukan. Batas pembacaan alat tersebut tidak lebih dari 60% yang dikandung oleh kayu. Atau bila kita tidak memiliki alat ini, dapat digunakan alat timbangan dan oven (tungku pemanas) untuk mengeringkan potongan contoh – contoh kayu pengamatan hingga tercapai tingkat kering mutlak. Sebagai sumber pemanas dalam kiln pada umumnya digunakan uap panas dengan menggunakan ketel uap. Uap panas yang dihasilkan dialirkan melalui radiator (pemancar panas) ke dalam kiln. Sebab pemberian uap panas ke dalam kiln pada tumpukan kayu, akan mempercepat proses keringnya kayu tersebut. Untuk mengukur suhu dan kelembaban udara digunakan 2 alat termometer : termometer kering (dry bulb temperature) dan termometer basah (wet bulb temperature). Penunjukan suhu pada termometer basah selalu lebih rendah daripada suhu termometer kering. Selisih kedua suhu pada termometer ini akan menunjukkan kelembaban udara (RH) = Relative Humidity. Selain sumber panas, peredaran udara di dalam kiln berperanan pula, sebab dengan adanya peredaran udara, suhu dan kelembaban udara di dalam kiln dapat merata. Di samping peredaran udara itu bertujuan juga untuk mengeluarkan uap air yang telah keluar dari permukaan kayu dari ruang kiln. Dengan sirkulasi ini, udara yang panas dapat mencapai seluruh bagian permukaan kayu, sehingga pengeringan dapat berlangsung cepat dan merata. Kecepatan peredaran udara yang tinggi diutamakan pada saat permulaan pengeringan, terutama untuk kayu yang masih basah agar tidak terserang jamur. Peredaran udara di dalam kiln dapat ditimbulkan oleh :
  • Perbedaan temperatur : karena pemanasan (sebab udara panas lebih ringan daripada udara dingin)
  • Tenaga kipas (fan) yang dibedakan atas 2 macam yaitu radial fan (centrifugal blowers) dan axial fan. Fan ini terpasang di dalam ataupun di luar kiln (external fan dan internal fan).
B. Tahap Penumpukan/ Penyusunan Kayu
Sebagai syarat mutlak, fondasi dan lantai harus kuat dan datar, agar tidak mempengaruhi kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan. Kayu yang akan dikeringkan harus diseragamkan dalam hal : jenis kayu, kualitas kayu, ketebalan kayu, kadar air awal. Dengan keseragaman ini, maka pelaksanaan pengeringan akan lebih sempurna. Kayu ada yang diletakkan langsung diatas pondasi, tapi ada pula dengan menggunakan lori. Pada umumnya cara terakir lebih banyak dipakai. Agar peredaran udara merata pada seluruh bagian permukaan kayu, maka lapisan papan tingkat demi tingkat harus diberi ganjel. Tumpukan kayu secara keseluruhan hendaknya merupakan bentuk persegi dengan ganjel lurus, baik secara vertical maupun horizontal. Selanjutnya pada bagian teratas tumpukan diletakkan beban pemberat yang merata keseluruh bagian tumpukan kayu untuk menghindari kemungkinan perubahan bentuk selama proses pengeringan.

C. Tahap Pengambilan Contoh-contoh Pengamatan
Yang terpenting dalam pembuatan contoh kayu pengamatan adalah bagaimana caranya agar benar – benar kayu itu mewakili kelompoknya. Karena contoh pengamatan sangat berguna sebagai petunjuk dalam menentukan langkah – langkah perubahan kondisi pengeringan. Kadar air kayu awal yang akan dikeringkan, perlu diketahui lebih dahulu, sebab langkah – langkah perubahan suhu dan kelembaban udara selama pengeringan berlangsung, didasarkan atas besarnya kangdungan kadar air sebelum dikeringkan. Contoh pengamatan diletakkan di dalam tumpukan kayu sedemikian rupa, sehingga memudahkan pemeriksaan. Contoh pengamatan ini sebagai petunjuk nantinya secara periodic diamati perubahan – perubahannya, yang menjurus pada kerusakan yang mungkin timbul selama pengeringan berlangsung. Sehingga dengan demikian dapat diketahui apakah pengeringan tersebut berjalan terlalu cepat atau lambat, apakah kadar air kayu yang diinginkan telah tercapai dan apakah ada kerusakan yang terjadi sebelum proses pengeringan berakhir.

D. Penggunaan Jadwal Pengeringan (Skema Pengeringan)
Skema pengeringan merupakan suatu daftar yang memuat tahap-tahap perubahan suhu dan kelembaban udara dalam proses pengeringan berdasarkan kayu. Berdasarkan sifat-sifat kayu secara umum maka skema pengeringan untuk beberapa jenis kayu dapat dikelompokkan dalam beberapa macam. Dari skema pengeringan dapat dilihat, bahwa pada awal mulainya pengeringan, ketika kayu masih mengandung banyak air, dipergunakan suhu yang rendah dengan kelembaban yang tinggi. Selanjutnya secara bertahap suhu pengeringan dinaikkan, kelembaban udara diturunkan bertahap. Dengan naiknya suhu, kadar air kayu akan menurun secara bertahap sampai kadar air sesuai yang diharapkan.
Agar dicapai pengeringan yang sempurna dengan kerusakan yang tak berarti, maka suhu dan kelembaban udara di dalam kiln perlu diamati, diatur sesuai dengan skema pengeringan yang digunakan selama pengeringan berlangsung. Pada kiln yang modern dengan perlengkapan yang lebih lengkap, alat-alat dapat mengatur sendiri secara otomatis sesuai kondisi yang diinginkan, sehingga perkembangannya selalu dapat diikuti. Cepat atau lambatnya muatan kayu dikeringkan tergantung dari beberapa faktor seperti kadar air kayu awal, kadar air kayu akir yang diinginkan, jenis kayu yang dikeringkan, tebal tipisnya kayu, kipas angin, dan kualitas alat kiln itu sendiri
Kadang kadar air kayu menjelang tahap-tahap terakir pengeringan tidak merata. Dengan adanya perbedaan kadar air terutama pada bagian permukaaan dan bagian dalam kayu, maka akan timbul tegangan-tegangan pada kayu, akirnya pada kayu akan timbul cacat. Sehingga dalam hal ini perlu adanya tindakan penyamaan. Dengan istilah lain perlu proses equalizing dan conditioning, yang mempunyai tujuan menghilangkan tegangan-tegangan yang timbul pada kayu selama proses proses pengeringan berlangsung, agar diperoleh kadar air kayu yang sama pada setiap papan. Pelaksanaan equalizing dan conditioning harus didasarkan pada kenyataan yang ada dari contoh-contoh kayu pengamatan.
Pada tahap penggunaan jadwal pengeringan, perlu dilakukan pencatatan jalannya pengeringan. Agar pengeringan berhasil dengan baik maka setiap langkah perlu dicatat. Tujuan pencatatan ini untuk mengawasi hasil pengeringan, sebagai tindakan penyesuaian pemakaian jadwal pengeringan, sehingga kerusakan yang mungkin terjadi akibat pengeringan dapat diperkecil. Adapun data-data yang perlu dicatat adalah
  • Pengeringan : nomor urut muatan/kiln, nama pengawas.
  • Kayu : jenis kayu, sortimen, kubikasi, kadar air kayu akhir yang dikehendaki.
  • Perubahan kondisi pengeringan : suhu dan kelembaban udara dari waktu ke waktu tertentu dengan menyesuaikan perkembangan keadaan kayu.
  • Jadwal pengeringan yang digunakan.
  • Cacat-cacat yang terjadi selama dan setelah kayu dikeringkan.
Selain pencatatan data-data teknis diatas, perlu pula dicatat data-data ekonomis, antara lain pemakaian bahan bakar atau listrik, lamanya pengeringan dan lain sebagainya yang termasuk biaya pengeluaran.


KERUSAKAN KAYU AKIBAT PROSES PENGERINGAN


Dalam garis besar kerusakan yang timbul disebabkan oleh 3 hal :
  • Akibat penyusutan kayu
  • Serangan jamur pembusuk
  • Bahan kimia di dalam kayu (zat ekstraktif)
Kerusakan Akibat Penyusutan Kayu
Terjadi pada saat kayu mengering. Umumnya pada pengeringan dengan kiln atau secara alami dapat timbul kerusakan akibat penyusutan ini, disebabkan kurang hati-hati dalam pelaksanaan. Di antara ketiga golongan kerusakan kayu, kerusakan oleh penyusutan adalah yang paling banyak terjadi. Hal ini perlu mendapat perhatian, agar kerusakan tersebut dapat dicegah dengan jalan menurunkan suhu atau menaikkan kelembaban udara. Kerusakanny biasanya bisa berupa retak pecah atau yang lainnya.

Cacat-cacat serupa yang diakibatkan penyusutan antara lain adalah :
  • Pecah ujung (end checks) dan pecah permukaan (surface checks)
  • Pecah dimulai pada bagian ujung kayu dan menjalar sepanjang papan
  • Retak di bagian dalam kayu (honeycombing)
  • Casehardening
  • Bentuk mangkok (cupping) : perubahan bentuk melengkung pada arah lebar kayu
  • Bentuk busur (bowing) : perubahan bentuk melengkung pada arah memanjang kayu
  • Menggelinjang (twist)
  • Perubahan bentuk penampang kayu (diamonding)
Cacat-cacat bentuk ini sukar dihindari, tetapi dapat dikurangi dengan cara penumpukan yang baik dan meletakkan beban pemberat pada bagian atas tumpukan serta tidak memberikan suhu yang terlalu tinggi selama proses pengeringan.

Kerusakan Akibat Serangan Jamur Pembusuk
Kerusakan ini terjadi pada permulaan pengeringan. Jamur itu sendiri sebenarnya telah melekat sebelum kayu tersebut dikeringkan dalam kiln. Yang banyak diserang umumnya adalah bagian kayu gubal. Karena jamur dapat tumbuh subur pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, maka untuk mengendalikan kerusakan ini ialah dengan mempercepat pengeringan pada suhu lebih tinggi. Umumnya kerusakan ini hanya mengubah warna kayu, tidak menurunkan sifat mekanik kayu.

Kerusakan Akibat Bahan Kimia Di Dalam Kayu
Kayu memiliki kandungan beberapa zat, diantaranya adalah zat ekstraktif. Melalui reaksi kimia zat ini dapat mengakibatkan perubahan warna atau noda kimia pada kayu. Perubahan ini tidak mempengaruhi kekuatan kayu itu sendiri, hanya pengruh yang tidak baik terhadap penglihatan mata saja. Hal itu terjadi karena bereaksinya zat ekstraktif dengan panas yang ada pada kiln.

PENGAWETAN KAYU

Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah. Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.

FAKTOR-FAKTOR PERUSAK DALAM PENGAWETAN KAYU

Keawetan kayu dikatakan rendah, bila dalam pemakaian tidak tercapai umur yang diharapkan sesuai dengan ketentuan kelas awet. Dalam hal ini perlu diketahui apakah factor penyebabnya. Adapun factor penyebab kerusakan digolongkan menjadi:

Penyebab non-makhluk hidup terdiri dari:
  1. Faktor fisik
  2. Faktor mekanik
  3. Faktor kimia
Penyebab makhluk hidup terdiri dari:
  1. Jenis jamur (aneka macam)
  2. Jenis serangga (aneka macam)
  3. Jenis binatang laut (aneka macam)
Penyebab non-makhluk hidup:
Faktor non-makhluk hidup ialah pengaruh yang disebabkan oleh unsure pengaruh alam dan keadaan alam itu sendiri.
  1. Faktor fisik, ialah keadaan atau sifat alam yang mampu merusak komponen kayu sehingga umur pakainya menjadi pendek. Yang termasuk factor fisik antara lain: suhu dan kelembaban udara, panas matahari, api, udara, dan air. Semua yang termasuk faktor fisik itu mempercepat kerusakan kayu bila terjadi penyimpangan. Misalnya bila kayu tersebut terus-menerus kena panas maka kayu akan cepat rusak.
  2. Faktor mekanik, terdiri atas proses kerja alam atau akibat tindakan manusia. Yang termasukfaktor mekanik antara lain: pukulan, gesekan, tarikan, tekanan, dan lain sebagainya. Faktor mekanik berhubungan erat sekali dengan tujuan pemakaian.
  3. Faktor kimia, juga mempunyai pengaruh besar terhadap umur pakai kayu. Faktor ini bekerja mempengaruhi unsure kimia yang membentuk komponen seperti selulosa, lignin dan hemiselulosa. Unsur kimia perusak kayu antara lain: pengaruh garam, pengaruh asam dan basa.
Penyebab kerusakan oleh makhluk hidup:
Makhluk hidup perusak kayu beraneka macam, kebanyakan serangan perusak ini sangat cepat menurunkan nilai keawetan dan umur pakai kayu. Ada jenis yang langsung memakan komponen kayu tersebut, ada juga yang melapukkan kayu, mmengubah susunan kimia kayu, tetapi ada pula yang hanya merusak kayu dengan mengubah warna menjadi kebiru-biruan kotor. Jenis-jenis serangga sering melubangi kayu untuk memakan selulosa dan selanjutnya menjadikan tempat bersarang. Adapun jenis-jenis perusak kayu makhluk hidup antara lain:
  1. Jenis jamur (cendekiawan atau fungi), ialah jenis tumbuhan satu sel, yang berkembang biak dengan spora. Hidupnya sebagai parasit terhadap makhluk lain. Umumnya hidup sangat subur di daerah lembab. Jamur terkenal sebagai perusak kayu kering. Sifat utama kerusakan oleh jamur ialah pelapukan dan pembusukan kayu, tapi ada juga kayu yang hanya berubah warnanya menjadi kotor, misalnya jamur biru (blue stain). Macam-macam jamur antara lain: jamur pelapuk kayu, jamur pelunak kayu dan jamur pewarna kayu.
  2. Jenis serangga, merupakan perusak kayu yang sangat hebat, terutama di daerah tropic misalnya: Indonesia, Malaysia, Filipina, dan lain-lain. Serangga tersebut makan dan tinggal di dalam kayu. Macam-macam serangga perusak kayu antara lain: rayap tanah, rayap kayu kering, dan serangga bubuk kayu.
  3. Jenis binatang laut, terkenal dengan nama Marine borer. Kayu yang dipasang di air asin akan mengalami kerusakan yang lebih hebat daripada kayu yang dipasang di tempat lain. Hampir semua jenis kayu mudah diserang oleh binatang laut. Akan tetapi, ada pula beberapa jenis kayu yang memiliki factor ketahanan, karena adanya zat ekstraktif yang merupakan racun bagi binatang laut, antara lain: kayu lara, kayu ulin, kayu giam, dan lain-lain. Setelah diketahui bahwa faktor utama perusak kayu ialah makhluk hidup tertentu, jelas bahwa kayu dapat dilindungi dengan cara mengawetkan. Nilai pakai kayu itu sendiri akan lebih awet dan tahan terhadap perusak-perusak yang telah dijelaskan di muka. Caranya ialah dengan memasukkan kayu secara umum berarti: usaha manusia untuk menaikkan keawetan kayu dan umur pakainya, sehingga keperluan akan kayu lebih terpenuhi. Umur penggunaan kayu yang pendek dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu pengawetan kayu selalu ditujukan pada kayu yang berkeawetan rendah. Jenis-jenis kayu inilah yang perlu ditingkatkan daya tahannya dalam pemakainnya. Pengawetan kayu dari segi ilmiah teknis juga merupakan usaha untuk memperbesar sifat keawetan kayu, sehingga penggunaan kayu dapat lebih lama. Tapi yang terpenting, pengawetan kayu berarti: memasukkan bahan racun ke dalam kayu, sebagai pelindung terhadap makhluk-makhluk perusak kayu yang datang dari luar, yaitu jenis-jenis serangga, jamur dan binatang laut. Prinsip memasukkan bahan pengawet (wood preservative) sampai saat ini menunjukkan hasil yang terbaik. Semua industri pengawetan kayu umumnya menggunakan prinsip ini, hanya macam bahan pengawet berikut cara atau proses memasukkannya yang berbeda.
Alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena:
  • Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup mahal.
  • Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan mudah didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun lebih mudah. Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya faktor keawetannya saja yang kurang. Sehingga lebih efisien bila diawetkan terlebih dahulu.
  • Di lain pihak dengan pengawetan kayu orang berusaha mendapatkan keuntungan financial.

Tujuan pengawetan kayu:
  • Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya memiliki umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam pemakaian.
  • Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan rendah dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas dan banyak dengan aneka jenis kayunya.
  • Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan, sehingga pengangguran dapat diatasi.

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU

Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
  • Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
  • Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak mungkin di dalam kayu.
  • Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor bahan pengawetnya).
  • Faktor waktu yang digunakan.
  • Metode pengawetan yang digunakan.
  • Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
  • Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.

JENIS PENGAWETAN KAYU
  • Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun kayu gergajian basah.
  • Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.
Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok:
A. Pengawetan metode sederhana :
  1. metode rendaman
  2. metode pencelupan
  3. metode pemulasan
  4. metode penyemprotan
  5. metode pembalutan
B. Pengawetan metode khusus :
  1. metode proses sel penuh
  2. metode proses sel kosong

BAHAN PENGAWET KAYU

Bahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia yang telah diketemukan dan sangat beracun terhadap makhluk perusak kayu, antara lain: arsen(As), tembaga(Cu), seng(Zn), fluor(F), chroom(Cr), dan lain-lain. Tidak semua bahan pengawet akan baik digunakan dalam pengawetan kayu. Dalam penggunaan harus diperhatikan, sifat-sifat bahan pengawet agar sesuai dengan tujuan pemakaian. Faktor-faktor sebagai syarat bahan pengawet yang baik:
  • Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu.
  • Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu.
  • Bersifat permanent tidak mudah luntur atau menguap.
  • Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain, misalnya: logam, perekat, dan cat/finishing.
  • Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.
  • Tidak merusak sifat-sifat kayu: sifat fisik, mekanik, dan kimia.
  • Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.
  • Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan.
  • Mudah dikerjakan, diangkut, serta mudah didapat, dan murah.
Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis bahan pengawet. Dalam praktek biasanya diperhatikan sifat-sifat mana yang perlu tergantung pada tujuan pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu memilih bahan pengawet kayu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  • Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.
  • Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.
  • Syarat-syarat kesehatan.
Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangan perusak kayu yang hebat, perlu diambil bahan pengawet yang tidak mudah luntur dan cukup beracun bagi jamur. Bagi kayu untuk bangunan di bawah atap, perlu adanya bahan pengawet yang tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak mempengaruhi cat, politur, dan lain-lain. Untuk kayu yang dipakai di luar ruangan, digunakan tipe bahan pengawet larut air tapi tidak mudah mengubah warna kayu tersebut. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen umumnya digenakan untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang berhubungan dengan air laut umumnya diawetkan dengan penggunaan tipe CCA (tembaga-chroom-arsen) atau dengan creosot, carbolineum, yang memiliki kadar racun yang tinggi.

Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang digunakan:
  1. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa sebagai bahan pengencer.
  2. Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak sebagai bahan pengencer.
  3. Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan dengan bermacam-macam minyak.
1. Bahan pengawet larut air:
Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:
  • Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat, dan tepung.
  • Tidak mengotori kayu.
  • Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau cat) setelah kayu tersebut dikeringkan terlebih dahulu.
  • Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam kayu.
  • Mudah luntur.
Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di dalam rumah (perabot, dan lain-lain) yang umumnya terletak di bawah atap. Dianjurkan, setelah kayu perabot tersebut diawetkan dan dikeringkan, selanjutnya di-finishing. Gunanya untuk menutup permukaan kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh oleh udara lembab, sebab kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis). Nama-nama bahan pengawet dalam perdagangan antara lain: Tanalith C, Celcure, Boliden, Greensalt, Superwolman C, Borax, Asam Borat, dan lain-lain. Konsentrasi larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah diawetkan (rata-rata 5-10%).

2. Bahan pengawet larut minyak:
Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:
  • Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Pada waktu akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut antara lain: solar, minyak disel, residu, dan lain-lain.
  • Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak dapat bertoleransi dengan air.
  • Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.
  • Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).
  • Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.
  • Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.
  • Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi antara minyak dan kandungan air pada kayu.
  • Mudah terbakar.
  • Tidak mudah luntur.
Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain: PCP (Pentha Chlor Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate, Tributyltin-oxide, Dowicide, Restol, Anticelbor, Cuprinol, Solignum, Xylamon, Brunophen, Pendrex, Dieldrien, dan Aldrin.

3. Bahan pengawet berupa minyak:
Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan dijauhkan dari hubungan manusia, karena baunya tidak enak dan mengotori tempat. Penggunaannya dengan metode tertentu. Nama-nama perdagangan yang terkenal antara lain: Creosot, Carbolineum, Napthaline, dan lain-lain. Umumnya penggunaan bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak tidak begitu luas dalam penggunaan, orang lebih cenderung menggunakan bahan pengawet yang lain dalam arti mudah dan praktis.


TEKNIK PENGAWETAN KAYU

Teknik atau cara pengawetan yang digunakan akan berpengaruh terhadap hasil atau umur pemakaian kayu. Pemilihan cara pengawetan selain tergantung dari faktor tempat kayu nantinya akan digunakan/dipasang, perlu juga dipertimbangkan faktor ekonomisnya. Banyak cara pengawetan yang dapat dilaksanakan, mulai cara sederhana sampai kepada cara yang relative sukar dengan peralatan yang mahal (modern).

Menyiapkan kayu yang akan diawetkan:
Setiap cara pengawetan bertujuan memasukkan bahan pengawet sedalam, sebanyak mungkin ke dalam kayu secara merata sesuai dengan jumlah retensi yang diperlukan. Agar diperoleh hasil pengawetan yang baik perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
  1. Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama bila menggunakan bahan pengawet berupa minyak atau larut minyak dengan cara tekanan/vakum (kadar air yang dikandung sekitar 20-25%).
  2. Kayu harus bebas kulit dan kotoran. Kecuali cara pengawetan khusus, kayu tidak perlu dikuliti.
  3. Sortimen kayu atau bentuk kayunya (kayu gergajian atau dolok).
  4. Kayu dianjurkan dalam bentuk siap pakai, tidak diperkenankan dipotong, dibelah, diserut, ataupun pengerjaan lain setelah diawetkan, sebab akan membuka permukaan kayu yang telah terlapisi bahan pengawet. Bila pengerjaan lanjutan terpaksa harus dilakukan maka bagian yang terbuka dan tidak tembus bahan pengawet perlu dilabur bahan pengawet secara merata.
  5. Bahan peengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan pengawetan.
  6. Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.

CARA PENGAWETAN KAYU
  1. Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
  2. Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
  3. Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a. Pengawetan sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif). c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
  4. Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
  5. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :
Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :
  1. Proses sel penuh antara lain :
  • Proses Bethel
  • Proses Burnett
2. Proses sel kosong antara lain :
  • Proses Rueping
  • Proses Lowry
Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai ± 4 atmosfer, kemudian dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan pengawet.


URUTAN KERJA DALAM PENGAWETAN

Ada dua macam urutan kerja pada proses pengawetan kayu :

1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :
  • Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan terjadi kebocoran.
  • Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.
  • Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
  • Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses tekanan sampai sekitar 8 – 15 atmosfer selama kurang lebih 2 jam.
  • Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari tangki kembali ke tangki persediaan.
  • Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 – 15 menit, dengan maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.

2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :
  • Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.
  • Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama 10 – 20 menit.
  • Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan bahan pengawet dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.
  • Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam
  • Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.
  • Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.
Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut : pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel, sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel.


KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE PENGAWETAN KAYU

1. Metode Rendaman

Keuntungan :
  • Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
  • Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
  • Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila berkurang)
Kerugian :
  • Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
  • Peralatan mudah terkena karat
  • Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
  • Kayu basah agak sulit diawetkan

2. Metode Pencelupan

Keuntungan :
  • Proses sangat cepat
  • Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
  • Peralatan cukup sederhana
Kerugian :
  • Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
  • Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis
3. Metode Pelaburan dan Penyemprotan

Keuntungan :
  • Alat sederhana, mudah penggunaannya
  • Biaya relatif murah
Kerugian :
  • Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
  • Mudah luntur
4. Metode Pembalutan

Keuntungan :
  • Peralatan sederhana
  • Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
  • Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah
Kerugian :
  • Pemakaian bahan pengawet boros
  • Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
  • Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)
5. Metode Vakum dan Tekanan

Keuntungan :
  • Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)
  • Waktunya relatif singkat sekali
  • Dapat mengawetkan kayu basah dan kering
Kerugian :
  • Modal yang diperlukan besar
  • Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi
  • Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial

PROSES AKHIR PENGAWETAN KAYU

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :
  1. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan kayu yang mengakibatkan tergoresnya permukaan yang telah terlapiskan bahan pengawet.
  2. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan pengeringan secara alami atau buatan. Hanya perlu diperhatikan, tidak semua bahan pengawet dapat dikeringkan secara pengeringan buatan (dry kiln). Sebab dengan pengeringan yang mendadak, bahan pengawet akan menguap dari dalam kayu, yang berarti pelunturan bahan pengawet. Biasanya bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak mengijinkan pengeringan akhir dengan kiln. Setelah kayu benar-benar kering, penggunaan dapat dilakukan.
  3. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di tempat terlindung dan terbuka bagi sirkulasi udara. caranya seperti penyusunan kayu gergajian dengan menggunakan sticker.

Jumat, 16 April 2010

PENELITIAN KERJA (MENYIAPKAN LAPTOP DAN LCD PADA SAAT KULIAH)

PENDAHULUAN

Manusia adalah mahluk pekerja, dengan bekerja mereka akan menghasilkan suatu hasil kerja yang nantinya akan dipakai untuk membiayai segala kebutuhan hidupnya, yaitu memperoleh bahan makanan, sandang dan perumahan. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya itu manusia bisa saja memakai peralatan kerja dan berada dalam lingkungan kerja tertentu. Peralatan kerja harus sesuai dengan manusia pemakai, lingkungan kerjanya harus mendukung fungsi tubuh yang sedang bekerja. Hal itulah yang dituju dalam pelaksanaan ergonomic di tempat kerja (Fitrihana, 2008).

Dengan ilmu kerja akan dijamin manusia bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasannya. Hasil akhirnya ialah manusia mampu berproduksi optimal, selama umur produktif nya tanpa harus mengorbankan keselamatan dan kesehatannya. Ergonomi (ilmu kerja) sebagai suatu cabang ilmu akan sangat bermanfaat bagi manusia bekerja, dimana saja dan kapan saja. Ergonomi dipergunakan oleh setiap manusia bekerja. Ergonomi sebagai suatu pendekatan yang memungkinkan manusia bekerja secara optimal dan efisien. Apakah ia bekerja di pagi sampai siang, sore dan malam hari. Bekerja di permukaan bumi, bawah laut, di bawah tanah atau di udara sekalipun. Jenis tugasnya dapat dilaksanakan secara invidual, atau berkelompok, pekerjaan ringan, sedang, dan berat; di situlah ergonomi akan berperan (Effendy, 2010).

Ada delapan bidang yang menjadi garapan ergonomi, yaitu:

  • Masalah kekuatan/kontraksi otot

Manusia bekerja tidak lain terdiri dari proses memanjang dan memendeknya otot-otot tubuh. Proses itu menjadi salah satu kajian ergonomi. Semakin pendek otot itu dikerutkan akan semakin besar daya kerjanya. Dengan demikian tujuannya adalah agar pemanfaatan tenaga otot dapat diwujudkan secara maksimal dan efisien.

  • Kebutuhan energi

Setiap otot memanjang atau memendek akan membutuhkan energi; energi berasal dari simpanan energi dalam tubuh. Simpanan energi tersebut berasal dari makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya. Manusia bekerja dengan tugas berat akan membutuhkan energi lebih besar dibandingkan dengan bekerja dengan tugas ringan. Laki-laki untuk pekerjaan yang sama memerlukan energi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Untuk itu pemberian makanan harus sesuai dengan besarnya pengeluaran kalori saat bekerja. Tanpa memperhatikan keseimbangan kalori itu maka akan terjadi masalah kelebihan berat atau kekurangan berat.

  • Kondisi lingkungan

Aspek lingkungan kerja sangat menentukan prestasi kerja manusia. Lingkungan yang tidak kondusif untuk bekerja akan memberikan beban tambahan bagi tubuh; pada hal tubuh sedang melaksanakan beban utama yaitu tugas yang sedang dilaksanakan. Demikian juga lingkungan dingin, kelembaban relatif, penipisan kadar oksigen, adanya zat pencemar dalam udara semuanya akan mempengaruhi penampilan kerja manusia. Itulah yang menjadi fokus kajian ergonomi. Penerangan tempat kerja, adanya kebisingan, lingkungan kimia, biologi dan lingkungan sosial di tempat kerja berpengaruh terhadap prestasi dan produktivitas kerja.

  • Kondisi informasi

Kompleknya dunia kerja mengharuskan manusia pekerja menguasai pekerjaannya secara efisien. Dalam hubungan itulah maka sistem informasi dunia kerja harus dapat ditampilkan dalam layar atau sudut pandang manusia pekerja. Misalnya manusia dengan memakai peralatan mesin, maka mesin yang berputar dapat diwujudkan dalam bentuk layar pandang manusianya. Maka dikenallah sistem display. Contohnya tanda mesin hidup bisa dengan tanda tombol yang ditekan atau tombol yang diangkat ke atas. Sebaliknya untuk mematikan mesin. Menekan kembali tombol atau membuat arah terbalik dari proses menghidupkan tadi. Hal ini diperlukan terutama bila jenis pekejaan yang dilakukan melebihi kapasitas dan kemampuan manusia pekerjanya.

  • Kondisi waktu

Lama jam kerja per hari atau per minggu penting untuk dikaji untuk mencegah adanya kelelahan berlebihan. Berapa jam per minggu seorang tenaga kerja harus bekerja. Kaitan jam kerja dengan jam istirahat, untuk 8

jam kerja sehari. Demikian pula hubungan antara berat ringanya pekerjaan sangat menentukan lama jam kerja. Dalam dunia kerja dikenal kerja bergilir. Ada dengan sistem bergilir dua giliran siang dan malam dengan jam kerja 12 jam; atau tiga giliran kerja pagi, sore dan malam.

  • Kondisi sosial

Termasuk di dalamnya bagaimana pekerja diorganisir dalam melaksanakan tugas-tugasnya, interaksi sosial sesama pekerja, khususnya menghadapi teknologi baru. Di samping itu pekerjaan yang dilaksanakan bila tidak sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya akan menimbulkan stress psikologis dan problema kesehatan. Karenanya kondisi sosial ini banyak seharusnya dimanfaatkan oleh pimpinan tempat kerja untuk membina dan membangkitkan motivasi kerja, seperti sistem penghargaan bagi yang berhasil dan hukuman bagi yang salah dan lalai bekerja.

  • Sikap kerja

Sikap kerja yang bertentangan dengan sikap alami tubuh akan menimbulkan kelelahan dan cedera otototot. Dalam sikap yang tidak alamiah tersebut akan banyak terjadi gerakan otot yang tidak seharusnya terjadi sehingga gerakan itu akan boros energi. Hal itu akan menimbulkan strain dan cedera otot-otot.

  • Interaksi manusia-mesin/peralatan kerja

Tujuannya untuk menentukan keserasian antara manusia dengan mesin/peralatan kerjanya. Bagaimana manusia dapat mengontrol mesin-mesin melalui display dan control. Ketidakserasian antara kedua faktor tersebut akan menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan tubuh.

(Adiputra, 2010).

Keuntungan pelaksanaan penelitian kerja dapat dirasakan pada tingkat individu dan organisasi. Kedua-duanya akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerjanya. .Keuntungannya adalah menurunnya angka sakit akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja meningkat (Soebroto, 2010).


ISI

Kehidupan berkomputer kita saat ini tentunya sudah jauh berbeda dibandingkan dengan 7 hingga 10 tahun yang lalu di mana populasi kepemilikan komputer masih belum setinggi ini. Bila kita lihat saat ini, hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis dan perkantoran maupun industri dan manufaktur telah memanfaatkan dukungan teknologi dan perangkat komputer dengan karakteristiknya masing-masing. Nilai tambah berupa efisiensi, kemudahan, kecepatan, ketersediaan dan validitas yang mendorong kita untuk seakan semakin berlomba memanfaatkan teknologi komputer dalam berbadai aspek kehidupan termasuk juga entertainment atau hiburan dan edukasi (Sutjana, 2010).

Di sisi industri komputer atau IT sendiri, pengkajian dan pengembangan teknologi terus dilakukan untuk menghasilkan teknologi yang semakin powerfull, mudah digunakan, kaya fitur, dan ekonomis. Dengan kecepatan perubahan teknologi, menjadikan kita seolah-olah tidak akan pernah mendapatkan perangkat yang bisa disebut teknologi terbaru, karena ketika kita beli ketika itu pula telah muncul teknologi yang lebih baru lagi. Untuk waktu-waktu mendatang, keakraban kita dengan perangkat komputer dipastikan semakin meningkat dan akan menjadi rekan kerja yang tak terpisahkan. Frekuensi dan durasi/ waktu interaksi kita dengan komputer-pun akan semakin bertambah. Frekuensi dan durasi interaksi tentunya ditentukan juga dengan jenis pemakaiannya, pekerjaan atau profesi dari pemakai komputer tersebut. Seorang yang bekerja sebagai typist atau sekretaris misalnya, akan memiliki frekuensi dan durasi pemakaian komputer lebih lama daripada seorang staf penjualan yang hanya memanfaatkan komputer berkala untuk membuat laporan saja. Lebih ekstrim seorang yang memang dalam bekerjanya harus menggunakan komputer seperti para programmer/ software developer, animator, graphics designer, tentunya frekuensi dan intensitas mereka di depan komputer jauh lebih tinggi (Soebroto, 2010).

Semakin meningkatnya interaksi kita dengan perangkat komputer di satu sisi menggembirakan karena tentunya ada nilai-nilai efisiensi dan efektivitas yang akan kita peroleh, tetapi di sisi lain ada aspek yang membahayakan yang juga akan meningkat dan perlu segera kita antisipasi yaitu : kesehatan kerja. Walaupun kesehatan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi bagi orang yang memiliki intensitas pemakaian komputer tinggi, komputer menjadi faktor penyebab gangguan kesehatan yang paling tinggi. Apabila anda termasuk seorang yang memiliki intensitas pemakaian komputer tinggi baik dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan maka sisi kesehatan ini penting untuk anda perhatikan secara serius mulai saat ini. Dan pemakaian komputer tidak harus ketika anda bekerja di kantor, tetapi ketika anda bermain game, browsing internet, memutar film, dll termasuk di dalamnya, sama-sama berpotensi mendapatkan gangguan kesehatan (Mashud, 2008).

Secara garis besar gangguan kesehatan akibat pemakaian komputer yang salah dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

  • Gangguan pada bagian mata dan kepala

Gangguan pada bagian mata dan kepala kita sering disebut dengan computer vision syndrome, mulai dari nyeri atau sakit kepala, mata kering dan iritasi, mata lelah, hingga gangguan yanglebih serius dan lebih permanen seperti kemampuan fokus mata menjadi lemah, penglihatan kabur (astigmatisma, myopi, presbyopi), pandangan ganda, hingga disorientasi warna.

  • Gangguan pada lengan dan tangan

Gangguan pada bagian lengan dan telapak tangan mulai dari nyeri pada pergelangan tangan karena gangguan pada otot tendon di bagian pergelangan, nyeri siku, hingga cidera yang lebih serius seperti Carpal Tunnel Syndrome yaitu terjepitnya syaraf di bagian pergelangan yang menyebabkan nyeri di sekujur tangan. Cidera ini harus segera diatasi sebelum terlambat, karena pada stadium lanjut tindakan operasi terpaksa harus dilakukan.

  • Gangguan pada leher, pundak dan punggung

Kelompok gangguan lainnya berupa nyeri pada bagian leher, pundak, punggung dan pinggang. Nyeri di bagian ini sering pula mengakibatkan gangguan nyeri di bagian paha dan betis.

(Mashud, 2008).

Langkah-langkah berkomputer atau bekerja dengan menggunakan laptop yang baik adalah:

  • Variasikan dalam bekerja dan istirahat atau break secara periodik. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kelelahan dan ketidaknyamanan. Ikuti aturan 20/20/20, yaitu: setiap 20 menit bekerja, break selama 20 detik, dengan alihkan pandangan ke jarak ± 6m

  • Mengambil napas merupakan fungsi yang otomatis, tetapi ketika kita berkonsentrasi di depan layar monitor cenderung sering menahan napas, terlebih apabila pekerjaan kita diburu waktu.

  • Jangan lupa kedipkan mata anda saat memandang layar komputer. Ketika memandang layar monitor, kita cenderung akan lebih jarang berkedip daripada ketika kita bekerja dalam jarak dekat lainnya. Bisa dipertimbangkan juga untuk memasang reminder atau pengingat di layar.

  • Jangan lupa untuk memeriksakan mata anda secara rutin, ukurlah jarak pandang anda dan lakukan konsultasi ke dokter mata anda

(Mashud, 2008).

Dalam bekerja maka tujuan utama yang ingin dicapai adalah prestasi kerja. Prestasi kerja dapat berasal dari 3 faktor yaitu faktor intern yaitu faktor-faktor yang ada di dalam pekerja terbagi atas rangka tubuh manusia, sendi atau otot, sistem saraf, jantung, peredaran darah, dan panca indera, sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berada di luar pekerja meliputi lingkungan, persyaratan kerja, keadaan kehidupan umum, pengaruh berkala, peralatan kerja, dan musim, sementara faktor teknologi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas alat produksi atau mesin. Penelitian kerja merupakan analisis mengenai tata kerja, benda, alat, dan perabotan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan. Tujuan dari penelitian kerja adalah:

  • Menemukan cara yang paling hemat untuk mengerjakan suatu pekerjaan

  • Menstandarisasikan tata kerja, benda, alat, dan perabotan

  • Menetapkan secara cermat waktu yang diperlukan seorang pekerja yang cakap dan terampil untuk mengerjakan pekerjaan dengan kegiatan normal

  • Membantu dalam pelatihan si pekerja mengenai tata kerja yang baru

(Batubara, 2010).

Terdapat 17 macam gerakan dasar dalam melakukan pekerjaan yaitu:

  1. Mencari (search) → Tangan atau mata bergerak kian kemari untuk menemukan sesuatu

  2. Menemukan (find) → Tangan atau mata berjumpa dengan apa yang dicari

  3. Memilih (select) → Tangan atau mata berusaha mengambil/ menyorotkan pandangan pada suatu benda tertentu diantara beberapa benda yang ada

  4. Mencekau (graso) → Jari-jari merapat untuk menangkap sesuatu

  5. Berjalan dengan muatan (transport loaded) → Seseorang karyawan atau sebuah tangan bergerak pindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan membawa beban

  6. Meletakkan (position) → Menaruh sesuatu pada tempat tertentu

  7. Menghimpun (assamble) → Menggabungkan sesuatu benda dengan benda lainnya sehingga merupakan satu kesatuan utuh

  8. Menggunakan (use) → Memakai sesuatu alat sesuai dengan maksud penggunaan alat tersebut

  9. Mencerai (disassamble) → Memisahkan sesuatu benda dari benda lain yang semula merupakan satu kesatuan

  10. Memeriksa (inspect) → Meneliti sesuatu apakah cocok dengan apa yang telah ditetapkan

  11. Meletakkan secara siap siaga (preposition) → Menaruh sesuatu alat pada tempat tertentu menurut posisi yang tepat, sehingga alat itu dalam keadaan siap siaga untuk seketika dipakai dalam langkah pengerjaan berikutnya

  12. Berjalan tanpa muatan (transport empty) → Seseorang atau tangan bergerak tanpa adanya beban

  13. Meletakkan muatan (release empty) → Pekerja atau tangan melepaskan/ memisahkan diri dengan beban yang semula ditanggungnya

  14. Beristirahat untuk melepaskan lelah (rest of over cometatique) → Pekerja berhenti sampai kuat untuk bekerja kembali

  15. Kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (anavoidable delay) → Sesuatu kelambatan kerja yang terjadi di luar kekuasaan pekerja untuk mencegahnya

  16. Kelambatan yang dapat ddihindarkan (Avoidable delay) → Kelambatan yang menjai tanggung jawab pekerja sehingga dapat dicegah

  17. Merencanakan (plan) → Menggambarkan dalam pikiran, gerak apa yang akan dilakukan untuk saat berikutnya

(Batubara, 2010).

Dalam menyiapkan laptop dan LCD, ada beberapa tahapan gerakan mulai dari penyiapan sampai alat siap untuk dipakai. Gerakan-gerakan itu adalah:

  1. Kaki dan tangan bergerak menuju kabel → Berjalan tanpa muatan (transport empty)

  2. Kaki dan tangan bergerak untuk mengambil kabel → Berjalan dengan muatan (transport loaded)

  3. Tangan memegang kabel yang telah diambil untuk dipasang pada LCD → Mencekau (graso)

  4. Kabel dipasang pada LCD → Menggunakan (use)

  5. LCD dan laptop diletakkan secara berdekatan dengan posisi yang tepat → Meletakkan (position)

  6. Tangan dan mata bergerak menuju laptop untuk dihidupkan → Berjalan tanpa muatan (transport empty)

  7. Laptop dihidupkan → Menggunakan (use)

  8. Tangan lepas dari LCD dan laptop → Meletakkan muatan (release empty)

  9. Tangan bergerak menuju kabel yang menghubungkan laptop dan LCD → Berjalan tanpa muatan (transport empty)

  10. Kaki dan tangan bergerak untuk mengambil kabel tersebut → Berjalan dengan muatan (transport loaded)

  11. Tangan memegang kabel tersebut → Mencekau (graso)

  12. Laptop dan LCD dihubungkan oleh kabel sehingga dapat digunakan → Menghimpun (assamble)

  13. Tangan memencet tombol untuk menghidupkan LCD → Menggunakan (use)

  14. Tangan dilepaskan dari laptop untuk diluruskan → Melepaskan muatan

  15. Mata memperhatikan layar LCD → Memeriksa (inspect)

  16. Kaki berjalan kembali ke tempat duduk karena pekerjaan selesai dilaksanakan → Berjalan tanpa muatan (transport empty)


PENUTUP

Dalam bekerja maka tujuan utama yang ingin dicapai adalah prestasi kerja. Prestasi kerja dapat berasal dari 3 faktor yaitu faktor ekstern yang merupakan faktor-faktor yang ada di dalam pekerja meliputi lingkungan, persyaratan kerja, keadaan kehidupan umum, pengaruh berkala, peralatan kerja, dan musim, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor-faktor yang berada di luar pekerja terbagi atas rangka tubuh manusia, sendi atau otot, sistem saraf, jantung, peredaran darah, dan panca indera, sementara faktor teknologi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas alat produksi atau mesin

Penelitian kerja merupakan analisis mengenai tata kerja, benda, alat, dan perabotan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan. Tujuan dari penelitian kerja adalah:

  • Menemukan cara yang paling hemat untuk mengerjakan suatu pekerjaan

  • Menstandarisasikan tata kerja, benda, alat, dan perabotan

  • Menetapkan secara cermat waktu yang diperlukan seorang pekerja yang cakap dan terampil untuk mengerjakan pekerjaan dengan kegiatan yang normal

  • Membantu dalam pelatihan si pekerja mengenai tata kerja yang baru

Terdapat 17 macam gerakan dasar dalam melakukan pekerjaan yaitu mencari (search), menemukan (find), memilih (select), mencekau (graso), berjalan dengan muatan (transport loaded), meletakkan (position), menghimpun (assamble), menggunakan (use), mencerai (disassamble), memeriksa (inspect), meletakkan secara siap siaga (preposition), berjalan tanpa muatan (transport empty), meletakkan muatan (release empty) ,beristirahat untuk melepaskan lelah (rest of over cometatique), kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (anavoidable delay), kelambatan yang dapat ddihindarkan (Avoidable delay), dan merencanakan (plan).




DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, N. 2010. Ergonomi. Disampaikan dalam Pelatihan Upaya Kesehatan Kerja Tenaga KesehatanKabupaten/ Kota dan Puskesmas Propinsi Bali. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar. Diambil dari http://www.balihesg.org–balihesg.com [26 Februari 2010]

Batubara, R. 2010. Penelitian Kerja (Time anf Motion Study). Bahan Kuliah III Ilmu Kerja Hutan. Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Effendy, M. V. 2010. Ergonomi. Diambil dari http://komputer-dan-ergonomik.com [26 Februari 2010]

Fitrihana, N. 2008. Bekerja di depan Komputer yang Ergonomis. Diambil dari http://vault9.wordpress.com/b4d3consultants..com [26 Februari 2010]

Mashud. 2008. Komputer, Ergonomi dan Kesehatan Kerja. Artikel dan Materi TIK SMA. Jakarta. Diambil dari http://www.mgmp-tik-dki.org [26 Februari 2010]

Soebroto, S. W. 2010. Aplikasi Ergonomi dalam Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Kerja di Industri. Laboratorium Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember . Surabaya Diambil dari http://msritomo@rad.net.id [26 Februari 2010]

Sutjana, D. P. 2010. Hambatan Dalam Penerapan K3 dan Ergonomi Di Perusahaan. Fakultas Kedokteran Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja Program Pascasarjana Universitas Udayana. Bali. Diambil dari http://idpsutjana@yahoo.com [26 Februari 2010]